Minggu, 14 Juni 2009

artikel teknokrat

Dibalik Politik Luar Negeri Rusia: Liberalis, Teknokrat, Siloviki Dalam Kremlin

Apakah Rusia negara maju atau negara berkembang?

Jika melihat posisi Rusia saat ini di dunia internasional, seperti keanggotaan di G8, maupun pendapatan yang mencapai 12,000 dollar (PPP), sudah pasti Rusia dikatakan sebagai negara maju. Namun masalah-masalah dalam negeri Rusia membuatnya berada dalam posisi ambigu, antara negara maju dan negara berkembang. Secara historis, Uni Soviet merupakan salah satu negara supowerpower dan menjadi hegemoni dunia, namun dengan runtuhnya Uni-Soviet, Rusia mewarisi sejumlah masalah yang membuat posisinya melemah dalam hubungan internasional. Rusia dibawah Yeltsin pernah mengalami ketergantungan pada dana pinjaman International Monetery Fund, dan mengalami krisis politik yang tidak sedikit, yang kerap dialami negara berkembang.

Jika kita melihat proses pembuatan keputusan dalam Kremlin, mungkin kita akan mendapatkan gambaran bagaimana nuansa politik elitis begitu kental di Rusia.

Terdapat faktor patrimonial-otoritraianisme dari kondisi struktural politik dalam negeri Rusia. Otoritarianisme terlihat dari sentralisme pemerintahan untuk mengontrol dan mendominasi negara dan tidak transparan pada masyarakat. Patrimonialisme adalah konsep dimana sistem didasari pada kontrol politik akan sumber ekonomi untuk memperkaya patron-klien dalam suatu pemerintahan.

Patron menjadi makin kaya dengan memberikan hadiah bagi klien, dan klien menjadi kaya dengan mendukung patron mereka. Putin membuat hubungan patron-klien dengan berbagai elit politik dan pebisnis seperti Menteri Perkembangan dan Perdagangan German Gref, Chairman dari Perushaan Minyak Rusia Gazprom, Dmitry Medvedev, Presiden Gazprom Alexei Millter dan Igor Sechin. Jika pola hubungan ini diteruskan lagi, akan tercipta jaringan kompleks patron-klien dalam pemerintahan Rusia yang mengakibatkan suburnya korupsi.

Pada tahun 2006, Rusia tercatat sebagai salah satu negara terkorup di dunia, satu-satunya anggota negara G-8 dengan peringkat ke-121 diantara 163 negara dunia, hanya satu tingkat lebih tinggi diatas Rwanda yang merupakan negara kurang berkembang.

Lingkungan politik Rusia yang patrimonial ini bisa menjelaskan lingkungan konsentrik proses pembuatan keputusan dalam Rusia, yakni pola elitis dimana hanya segelintir orang yang dekat dengan patron dapat mempengaruhi kebijakan yang dikeluarkan. Lingkaran konsentrik sendiri merupakan sebuah konsep dalam pembuatan kebijakan luar negeri yang mengansumsikan bahwa pembuatan kebijakan dipengaruhi oleh orang-orang tertentu didekat pembuat keputusan.

Ilustrasi Lingkaran Konsentrik Pembuat Keputusan Kremlin

Pada lingkaran konsentrik pertama, kita mendapatkan Putin sebagai pembuat keputusan utama, dan memiliki otoritas tertinggi dalam konstitusi Rusia. Dalam konstitusi Rusia, presiden memiliki wewenang dan superioritas terhadap legislatif Rusia, Duma. Secara strukturalis, bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan Rusia mendukung adanya nuansa otoritarianime, karena legislatif yang mengontrol pemerintahan berada di kendali pemerintahan.

Ada tiga faksi dalam Kremlin yang berpengaruh dalam pembuatan keputusan di Rusia, mereka adalah liberalis, teknokrat, dan siloviki.

Diantara ketiganya, Siloviki (????????, berasal dari kata kekuatan) adalah faksi paling berpengaruh dalam pemerintahan Kremlin4.
Siloviki berada di lingkaran konsentrik kedua, yang paling berpengaruh pada Putin. Siloviki terdiri dari Igor Sechin, wakil kepala adminstrasi presidensial, Viktor Ivanov, penasehat Presiden dan Nikolai Patrushev, direktur FSB. Hal ini dikeranakan para Siloviki memiliki hubungan personal yang dekat dengan Putin

Pada lingkaran konsentrik ketiga, terdapat kaum liberalis yang berpengaruh pada kebijakan dalam bidang ekonomi, yakni Menteri Perkembangan dan Perdagangan German Gref, Menteri Keuangan Alexei Kudrin

Pada lingkaran konsentrik keempat, faksi yang paling lemah diantara ketiganya, adalah kaum teknokrat. Mereka adalah Wakil Pertama Perdana Menteri dan Chairman Gazprom, Dmitry Medvedev, dan Presiden Gazprom, Alexei Miller. Mereka mendapatkan pengaruh karena memiliki monopoli atas Gazprom, yang mengontrol produksi minyak Rusia

Pola lingkaran konsentrik ini mencermikan sebuah pemerintahan yang elitis, dan tidak menyentuh rakyat, suatu pola umum dalam negara berkembang dimana proses pembuatan keputusan dalam suatu negara hanya dipegang oleh segelintir orang. Suatu badan eksekutif, idealnya dikendalikan oleh badan legislatif, sehingga kekuasaannya dapat dikontrol oleh rakyat dan wakil rakyat. Namun pola pemerintahan Rusia secara strukturalis tidak memungkinkan hal tersebut terjadi.

Duma, badan legislatif Rusia tidak dimasukkan kedalam lingkaran konsentrik, begitu pula media massa dan rakyat Rusia.

Semasa pemerintahan Putin juga, terjadi nuansa otoritarianisme yang cukup kental. Terlihat dari bagaimana Putin menggunakan kekuasaannya sebagai presiden untuk membungkam lawan politiknya, seperti Mikhail Khordokvsky, dan menggunakan instrumen kekerasan dalam mengatasi demonstrasi rakyat Rusia yang tidak setuju dengan cara-cara yang dilakukan Kremlin. Pada 15 Maret 2007 misalnya, Gary Kasparov, pecatur kelas dunia asal Rusia dimasukkan ke penjara karena mengikuti demonstrasi.

Definisi negara berkembang mungkin bisa dikaji ulang. Hal ini terlihat dari kasus Rusia. Persoalan domestik Rusia juga cukup banyak dan menyerupai negara-negara berkembang, seperti korupsi, ancaman separatisme, ketidakmerataan ekonomi, dan otoritarianisme dalam pemerintahan Putin. Hal ini menjadikan pengkajian kebijakan nasional Rusia menggunakan kerangka analisis negara berkembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar